Selasa, 03 Mei 2016

Pengalaman ikut Indonesian Food Bazaar di ICF

Assalamualaykum wr.wb.


Halooo apa kabar semuaa?hehe..sudah lama rasanya ninggalin rumah yang satu ini.Rumah tempat menyalurkan ekspresi sebebas-bebasnya melalui tulisan, tapi bebas yang nggak bablas yaa mudah-mudahan :)


Ceritanya pada kamis-jumat (28-29 April'16) lalu saya nyempil nyempil sedikit ikut meramaikan ajang bergengsinya PPI GM Manchester yang konon hanya bisa disaksikan satu kali dalam satu tahun. Nama eventnya, Indonesian Cultural Festival (ICF). Semua berawal dari ajakan seorang kawan untuk ikut serta join bersamanya mengisi booth makanan di ICF selama 2 hari. Saat itu saya nggak langsung meng-iya-kan, karena buat saya banyak sekali yang harus saya pertimbangkan untuk menyambut ajakan teman saya tsb. Yang pertama, jam terbang saya nguplek di dapur masih kalah jauh dari beberapa ibu2 senior citizen disini yang notabene sudah punya usaha catering sendiridan tentunya masing2 punya pelanggan sendiri. Yang kedua, saya masih punya tanggungan makhluk imut nan shaleh yang hampir setiap saat nempel kayak perangko kepada ibunya. Yang ketiga, anak saya saat ini sedang lincah-lincahnya ibarat mainan tamiya, baterainya kayak nggak ada habisnya, pool terus melebihi kapasitas anak-anak pada usianya. Kalau dilepas sebentar, si kecil langsung berlari mencari objek yang ia sukai, kalau bosan tinggal pindah dari satu objek ke objek yang lainnya. Singkat cerita, saya tidak mungkin bisa standby berdiri manis melayani customer dari belakang booth selama pameran. Yang ketiga, pengalaman masak dalam jumlah besar masih miniiim sekali. Rekor masak dalam jumlah banyak biasanya hanya pada saat-saat tertentu saja, seperti event pengajian manchester atau madrasah 4 kids yang itupun hanya satu dua menu. Yang keempat,tentu saja saya perlu mencari alasan yang kuat agar saya bisa ikut buka booth di acara ini. Yang pasti, alasan profit udah nggak masuk hitungan.Hehe. Karena awalnya memang nggak begitu optimis untuk mendapat untung besar (balik modal aja udah syukur deh^^) karena harga sewa booth yang udah lumayan ditambah kompetitor yang udah punya nama beken se-manchester raya (eh maksudnya khusus di kalangan indonesian yaa hehe).Intinya, saya hanya mau dapat pengalaman baru disini.


Akhirnya, jreng...jreng...menghadaplah saya kepada pak suami. Meminta pendapatnya jika saya ikut mendirikan booth makanan bagaimana. Awalnya -sesuai dugaan- suami langsung pasang wajah menyelidik,”Bunda lagi nggak ada uang ya? Lagi butuh apa sekarang? Nanti abi belikan,” Wehehe...saya hanya nyegir aja. Alhamdulillah saya udah merasa cukup dengan apa yang ada kok. Nggak butuh apa-apa bi, cuma butuh variasi aktivitas aja,aktivitas yang baru, yang rasanya kok lebih challenge. Sekalian mengaplikasikan ilmu yang dulu sempat bunda pelajari. Karena ilmu kalau nggak diamalkan khawatir jadinya sia-sia, hehe. Dan Alhamdulillah, akhirnya izin suami berhasil saya kantongi. “Ok kalau bisa membuat bunda lebih bahagia. Abi anggap ini refreshing versi bunda ya. Ingat jangan dianggap beban.” begitu pesan beliau.


Setelah mengkonfirmasi kesediaan saya untuk ikut bergabung dengan teman saya, selanjutnya kami mulai membentuk tim. Tim kami terdiri dari 3 orang termasuk saya. Dua orang teman saya ini merupakan jebolan STAN yang statusnya saat ini sama-sama sebagai supporter suami mereka yang sedang berjuang kuliah di Manchester. Kami mulai menyusun menu yang akan dijual. Dari panitia menetapkan syarat kalau menu-nya tidak boleh sama dengan menu yang ditawarkan oleh vendor lain. Akhirnya, setelah menganulir beberapa menu yang ternyata sudah diajukan oleh vendor lainnya, kami putuskan untuk menjual 3 menu utama dan 3 menu dessert. Menu utamanya adalah pempek, nasi goreng sate lilit, gado-gado. Sementara utk dessert kami menjual gorengan (pisang coklat dan risol mayo), es pisang ijo, dan bandrek. Kami juga membuat nama untuk booth kami yang kami beri nama 'DAPUR KABITA' yang dari terjemahan sunda-nya artinya 'kepingin/mau' . Kami mulai membuat estimasi biaya, membuat daftar belanja, dan menyiapkan segala keperluan masak-memasak di masing2 dapur yang kami miliki.


Alhamdulillah, pada akhirnya acara berjalan dengan lancar. Di luar perkiraan, kami bisa balik modal dan mendapatkan keuntungan. Meskipun saya pribadi tidak dapat full menemani dua teman saya melayani setiap orang yang mengunjungi booth kami (karena fokus saya adalah menemani si kecil yang berlari dan berjalan kesana kemari), namun Alhamdulillah dua kawan saya di awal sudah menyatakan pemakluman mereka dengan amanah yang saya miliki. Hehe. Pelajaran yang kami dapatkan adalah pentingnya memilih menu yang pas disesuaikan dengan alat yang kita miliki. Berhubung nasi goreng dan gado-gado lebih enak disajikan dalam kondisi hangat, maka seharusnya kami dapat menyediakan kompor listrik untuk memanaskan nasgor dan bumbu gado-gadonya. Sayuran pun kalau sudah direbus tidak akan bertahan lama di udara terbuka. Karena direbusnya pagi, maka ketika sore pun sudah tidak segar lagi rasanya. Alhamdulillah untuk menu lainnya cukup banyak digemari termasuk oleh orang-orang mancanegara yang tinggal di Manchester. Mereka yang non-Indonesia biasanya menanyakan terlebih dahulu ingredients dari setiap menu nya sehingga perlu menjelaskan dengan detail bahkan sampai proses memasaknya. Ohya, keunikan lainnya adalah masing-masing vendor harus sudah memiliki sertifikat tingkat higienitas makanan yang dijualnya. Kalau kami lebih rajin, sebenarnya ada banyak macam sertifikat yang diperlukan vendor untuk bisa menyatakan makanannya layak dijual kepada publik: food hygine certificate, food allergene certificate,public liability insurance, dll.


InshaaAllah banyak pengalaman yang bisa kami petik dari event ini :) lebih lagi jadi dapat pengalaman bagaimana seorang wirausaha bekerja mulai dari hal yang kecil-kecil, dari penggadaan bahan sampai dengan menjaga stand semua kami usahakan mengerjakannya dengan mandiri meski pada kenyataannya tidak lepas dari bantuan bapak-bapak baik hati tentunya :) Walau ujungnya agak kecewa juga karena saya nggak bisa nonton Night Performance nya yang katanya spektakuler itu akibat tepar selepas jualan hiks. But, Alhamdulillah ala kulli haal. Berarti belum rezeki kami melihat berbagai kesenian Indonesia dihadirkan diantara 500-an penonton yang ada. Many thanks untuk teh denty dan teh puri serta para suami yang siap membantu di saat dibutuhkan juga pada PPI-GM sebagai penyelenggara event , hatur nuhun sadayanaa :)

0 komentar: