Senin, 09 Maret 2015

20 Amal Pelipat Ganda Pahala

Bismillah…tulisan ini merupakan intisari dari buku  yang ditulis oleh Andy Setyawan dengan judul 20 Amal Pelipat Ganda Pahala terbitan Tinta Media (eh ia, saya masih punya hutang untuk menamatkan resensi buku sebelumnya :") *garukkepala*) . Allah menciptakan kehidupan dan kematian sebagai sarana ujian bagi setiap hamba-Nya. Allah menentukan hidup mati kita untuk menguji sejauh mana kualitas amal yang kita lakukan hingga tiba waktunya ajal menjemput.
Pembuktian yang Allah minta bukanlah dari segi kuantitas amal atau amal yang paling banyak, melainkan dari amal yang paling baik. “Dialah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa diantara kalian yang paling baik amalnya.” ( QS. Al-Mulk: 2 ). Firman Allah diatas mengajak kita untuk melakukan amal dengan sempurna. Meskipun sedikit namun dilaksanakan dengan rutin, insyaAllah pahala yang didapat pun akan sempurna. Buku ini menyebutkan ada sedikitnya 20 amalan yang meskipun dilakukan satu kali saja dalam waktu yang singkat namun menghasilkan pahala yang berlipat ganda jumlahnya. Kedua puluh amalan tersebut adalah:
1.     Shalat fardhu berjamaah. “Shalat jamaah lebih unggul dinbandingkan shalat sendiri sebesar dua puluh derajat.” (HR Bukhari). Dengan shalat berjamaah, kita telah menunaikan kewajiban silaturahim dan memperkuat tali ukhuwah islamiyyah. Selain itu, shalat jamaah merupakan pintu gerbang dalam menyamakan visi keislaman.
2.  Shalat sunnah tanpa ada manusia yang melihatnya. “Shalat sunnah seseorang yang dikerjakan tanpa dilihat manusia setara dengan dua puluh lima kali shalat yang dikerjakan pada saat dilihat oleh manusia.” (HR. Abu Ya’la). Shalat sunnah yang dikerjakan sendirian tanpa ada manusia yang melihatnya dapat menghindarkan kita dari sifat riya’ dan menghidupkan rumah kita  dengan keberkahan karena rumah yang senantiasa dipenuhi oleh aktivitas ibadah akan menjadi magnet bagi para malaikat.  “Sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalat seseorang di rumahnya, kecuali shalat wajib” (HR. Bukhari). Shalat sunnah juga merupakan bentuk rasa syukur kita atas berbagai nikmat yang telah Allah curahkan kepada kita.
3.    Qiyamul Lail saat Lailatul Qadr. “Barang siapa yang mengerjakan qiyamul lail saat lailatul qadr karena iman dan hanya mengharap pahal, maka diampuni segala dosa yang telah ia perbuat.” (HR. Bukhari). Hadits ini mengingatkan kita akan pentingnya pembuktian sebelum berharap memperoleh hadiah (pahala-ed), dan menetapkan Allah sebagai orientasi beribadah kita.
4.   Menyempurnakan adab-adab shalat Jum’at. " Barangsiapa mandi pada hari jum'at hingga dirinya bersih, kemudian berusaha menuju ke masjid seawal mungkin dan benar-benar sampai di sana pada awal waktu, ia berjalan kaki dan tidak memakai kendaraan, lalu ia berada pada posisi dekat imam, ia mendengar khutbah dengan seksama dan tidak melakukan perbuatan sia-sia, maka dengan setiap satu langkah kakinya, ia mendapatkan pahala yang setara dengan amal puasa dan sholat selama setahun." ( HR Abu Daud dari Aus bin Aus ats-Tsaqafi). Hadits ini mengajarkan pola hidup bersih dan disiplin. Juga menunjukkan pintu rezeki terbuka lebar pada hari yang istimewa, bahwa sebaik-baiknya hari bagi umat Islam adalah hari Jumat.
5.   Menempati shaf paling depan. “Rasulullah senantiasa memohonkan ampunan sebanyak tiga kali untuk (orang-orang yang ada di) shaf paling depan sedangkan shaf berikutnya hanya satu kali .” (HR Ibnu Majah). Hadits ini menunjukkan bahwa nilai pahal selalu berbanding lurus dengan kesungguhan. Untuk mendapatkan ganjaran terbaik, maka kita perlu berlomba oleh karenanya konsep itsar (mendahulukan kepentingan saudara kita) tidak berlaku dalam hal beribadah.
6.     Rutin tilawah Al-Qur’an. " Siapa membaca satu huruf kitabullah (Al-Qur'an) maka dengan itu ia mendapat satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan itu berlipat ganda menjadi sepuluh kebaikan yang serupa. Aku tidak mengatakan alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim satu huruf." ( HR Turmudzi dari Abdullah bin Mas'ud). Setiap huruf dalam al-Qur’an yang dibaca pada dasarnya berbalas satu kebaikan, namun satu pahala kebaikan ini bisa jadi berlipat ganda bahkan menjadi tidak terbilang dalam bentuk lain, semua itu didukung oleh kualitas bacaan orang yang membacanya. Berdasarkan Hadits riwayat Muslim, pahala tertinggi bagi yang mahir membaca Qur’an ialah membersamai malaikat yang mulia sedangkan ‘serendah-rendahnya’ pahala bagi yang terbata-bata membacanya adalah memperoleh dua kebaikan. Dengan rutin bertilawah, kita pun telah menggenggam syafaat pada hari kiamat. Persahabatan kita dengan AL-Qur’an akan membuahkan syafaat kelak di hari kiamat.
7.    Melafalkan tasbih ringkas. Dari Ummul mu'minin yaitu Juwairiyah binti al-Harits radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi SAW keluar dari rumahnya pada pagi hari ketika bersembahyang Subuh. Waktu itu Juwairiyah ada di dalam masjidnya. Kemudian beliau SAW kembali setelah melakukan shalat Dhuha, sedangkan Juwairiyah duduk. Kemudian beliau SAW bersabda: "Engkau masih tetap dalam keadaan di waktu tadi saya tinggalkan," Juwairiyah menjawab, "Ya." Nabi SAW lalu bersabda: "Saya telah mengucapkan setelah meninggalkan engkau tadi empat macam kalimat, sebanyak tiga kali, andaikata kalimat-kalimat itu ditimbang dengan kalimat-kalimat yang engkau ucapkan sejak hari ini tadi, niscaya kalimat-kalimat yang saya ucapkan itu menang daripada yang engkau ucapkan. Kalimat-kalimat itu ialah: "Subhanallah wa bihamdihi 'adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata 'arsyihi wa midada kalimatihi - Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian padaNya. sebanyak hitungan makhlukNya, sesuai dengan keredhaan ZatNya, seberat timbangan 'arasyNya dan sepanjang beberapa kalimahNya." (HR. Muslim). Hadits ini menyiratkan urgensi tasbih sebagai pembuka hari-hari kita sebelum disibukkan oleh urusan dunia dan tasbih sebagai kalimat yang paling banyak dilafalkan sehingga mendapatkan jalan keluar dari berbagai masalah yang menerpa.
8.     Berpuasa sunnah. “Barang siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, Allah akan menjauhkan wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh kali musim gugur.”( HR. Bukhari). Dalam hadits tersebut digambarkan bahwa orang yang berpuasa satu hari (berlaku untuk semua puasa sunnah dan tidak dibatasi berpuasa dalam kondisi berjihad saja) akan dijauhkan dari api neraka sejauh tujuh puluh kali musim gugur sehingga dirinya tidak dapat melihat situasi di neraka. Selain itu, dalam hadits lainnya disebutkan bahwa Rasulullah menganjurkan puasa sunnah di hari yang terik untuk melatih umatnya mempersiapkan diri menghadapi hari kebangkitan.
9.    Memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa. “Barang siapa yang memberi makanan berbuka pada satu orang yang berpuasa, baginya (pahala) senilai pahala orang yang berpuasa. “(HR. Tirmidzi). Konsep kesamaan nilai pahala ini menunjukkan bahwa Islam memotivasi pemeluknya untuk hidup bertenggang rasa dan saling menolong antar sesama. Hadits diatas juga membahas pentingnya memuliakan dan melayani keperluan ahli ibadah.
10.  Berakhlak baik kepada tetangga. "Ada empat hal yang termasuk kebahagian seseorang, yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang baik, dan kendaraan yang bagus.” (HR Ibnu Hibban). Hadits lainnya menyebutkan “Senantiasa Jibril berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai aku mengira bahwa tetangga akan mendapatkan harta warisan.” (HR. al-Bukhari dan Muslim) Dengan berlaku baik kepada tetangga, insyaAllah rumah tangga kita akan dipenuhi oleh kasih sayang dan keberkahan. Usia ‘bertambah’ dari segi kualitas, yakni nilai kebermanfaatan usia kita melebihi batas usia kita. Sebagaimana kita tutup usia di usia 60 tahun namun nilai pahala kita setara dengan kita hidup selama 100 tahun.
11. Menjalin tali silaturahim. “Siapa yang suka rezekinya diluaskan dan umurnya dipanjangkan maka hendaknya ia menyambung tali silaturahim.” (HR. Bukhari).Dengan silaturahim bukan hanya aspek duniawi saja yang diuntungkan, tetapi juga persoalan ukhrawi mampu terselesaikan. Silaturahim dapat membuka pintu dakwah yang dengan mendakwahkan nilai-nilai Islam kepada sesama umat manusia, kita dapat ‘berinvestasi ‘ pahala yang terus mengalir seiring dengan diamalkannya nilai-nilai islam tersebut oleh orang di sekitar kita.
12.   Bersedekah jariyah."Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya". (HR. Muslim).  Dalam hadits ini disebutkan apabila kematian telah menjemput maka terputuslah peluang kita untuk mengakses pahala kecuali dari tiga jalan saja: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan putra-putri yang shalih dan shalihah.
13.   Memohon ampun untuk orang yang beriman. “Barang siapa yang memohon ampunan untuk kaum mukmin dan mukminat, Allah akan mencatatkannya baginya pahala satu kebaikan, untuk setiap satu mukmin/mukminat yang didoakan. “ (HR. Thabrani). Dengan mendoakan saudara saudari kita, maka banyak sekali keuntungan yang dapat kita peroleh. Disamping sebagai bentuk upaya kita untuk ikut meringankan kesulitan orang yang bersangkutan dan jalinan ukhuwah yang kian erat, kita pun secara tidak langsung telah menyelamatkan diri kita sehingga terhindar dari keburukan. Perilaku yang mungkin di mata kita terlihat simple, namun ternyata jauh lebih berharga di mata Allah…
14.  Belajar dan mengajar ilmu di masjid. “Barang siapa berangkat ke masjid dengan tujuan untuk mempelajari kebaikan dan mengajarkannya maka baginya balasan pahala orang yang berhaji dan sempurna hajinya. ” (HR. Thabrani). Ilmu adalah tiang peradaban. Peradaban yang kuat lahir dari ilmu-ilmu syar’I yang menjadi landasannya. Dan sebaik-baiknya ilmu yang kita pelajari adalah ilmu syar’I . Hadits diatas mengungkapkan urgensi menuntut ilmu bagi orang yang beriman. Panggilan untuk menuntut ilmu disejajarkan dengan panggiilan menuju Baitullah. Subhanallah..
15. Berdakwah di jalan Allah. “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk, ia mendapatkan pahala setara dengan semua pahala orang-orang yang mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR. Muslim). Aliran pahala yang diperoleh seorang dai akan terus mengalir, berlipat ganda tanpa mengurangi pahala mad’unya. Disinilah konsep ‘membina’ menjadi suatu peluang yang perlu kita perhatikan sebagai suatu ‘kebutuhan’. Ayo, semangat membina J
16. Mendidik anak agar menjadi insan yang shalih. ."Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya". (HR. Muslim).  Hadits ini mendorong setiap orangtua untuk mempersiapkan dirinya ‘mencetak’ generasi yang shalih-shalihah. Anak yang shalih merupakan investasi terbaik bagi orangtua. Dengan mendidik anak-anak kita, kita telah memperoleh dua kebaikan sekaligus, yaitu pahala di saat mendidik dan pahala yang mengalir melalui doa anak untuk kedua orangtuanya.
17.   Berjuang di jalan Allah. “Tempat berdiri seseorang  dalam barisan di jalan Allah lebih utama dibandingkan ibadah seseorang selama enam puluh tahun.”(HR. Dharimi dari Imran bin Husain). Jihad adalah metode terakhir ketika semua metode lisan dan teladan sudah tidak memberikan pengaruh apa-apa terhadap kondisi umat yang tengah terpuruk. Dalam hadits riwayat Muslim disebutkan orang yang pertama kali diadili di hari kiamata dalah orang-orang yang berjihad karena dengannya mereka telah banyak mengorbankan nikmat-nikmat duniawi yang semestinya mereka cicipi. Satu pijakan kaki orang yang berjihad dihargai pahalanya setara dengan usia hidup manusia yang notabene hanya mencapai enam puluh tahun, Subhanallah..
18.   Menjaga diri dari maksiat. Digambarkan dalam HR. Ibnu Majah bahwasanya pada hari kiamat kelak akan datang beberapa kaum dari umat Nabi Muhammad SAW dengan membawa banyak amal kebaikan setara dengan gunung Tihamah, namun amalan-amalan tersebut seketika berhamburan laksana debu yang berterbangan. Rasulullah menjelaskan mereka adalah orang yang beribadah pada malam hari sebagaimana umat mukmin lainnya beribadah akan tetapi jika dalam keadaan sendirian, mereka senang berbuat maksiat. Hadits ini mengingatkan kepada kita akan adanya muraqabatullah (pengawasan Allah), bahwa malu kepada Allah haruslah lebih besar dibandingkan malu kepada manusia. Jika berbuat dosa dihadapan manusia saja membuat malu, apalagi berbuat dosa dihadapan Allah SWT..
19.   Menghindari tindakan zhalim. “Sesungguhnya orang yang bangkrut pada hari kiamat adalah yang datang dengan pahala shalat, puasa, zakat tetapi juga membawa dosa karena mengumpat, berbuat dusta, dan memukul seseorang. Sebagian pahalanya diserahkan kepada orang pertama yang dizhaliminya demikian juga semua orang yang pernah dizhalimi. Jika pahala kebaikannya sudah habis sebelum tuntas pertanggungjawabannya, ditanggunglah dosa-dosa orang yang dizhaliminya. Lantas ia pun dilempar kedalam api neraka.” (HR. Muslim). Hadits diatas menyiratkan pesan bahwa kita perlu senantiasa bersikap wara’ terhadap setiap tindak tanduk kita. Muslim yang kaffah tidak hanya yang pandai beribadah sebab ibadah tidak menjamin kita memperoleh syurgaNya. Hindarilah berbuat zhalim karena ia hanya akan mendatangkan kebangkrutan di hari akhir kelak. Naudzubillah..Semoga kita tidak menjadi orang yang bangkrut di akhirat kelak, Aaamiin L
20.   Menjadi teladan yang baik. “Barang siapa yang mengkreasikan keteladanan yang baik dalam Islam, baginya pahala amalan itu sekaligus pahala orang yang mengerjakannya setelah dia meninggal tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka.” (HR Muslim). Hadits ini mengajak kita untuk dapat menjadi ‘trend setter’ dalam suatu kebiasaan baik sehingga dengannya kita mampu menjadi teladan bagi orang-orang disekitar kita. Hadits ini juga menjelaskan adanya konsep ‘pahala berantai’ bagi orang yang menciptakan terobosan-terobosan yang memberikan dampak positif untuk umat, dan bagi orang-orang yang menjadi ‘follower’nya.


Wallahu A’lamu. Semoga bermanfaat. :)

0 komentar: