Bismillah…tulisan
ini merupakan intisari dari buku yang
ditulis oleh Andy Setyawan dengan judul 20
Amal Pelipat Ganda Pahala terbitan Tinta Media (eh ia, saya masih punya
hutang untuk menamatkan resensi buku sebelumnya :") *garukkepala*) . Allah menciptakan
kehidupan dan kematian sebagai sarana ujian bagi setiap hamba-Nya. Allah
menentukan hidup mati kita untuk menguji sejauh mana kualitas amal yang kita
lakukan hingga tiba waktunya ajal menjemput.
Pembuktian yang Allah minta bukanlah dari segi kuantitas amal atau amal yang paling banyak, melainkan dari amal yang paling baik. “Dialah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa diantara kalian yang paling baik amalnya.” ( QS. Al-Mulk: 2 ). Firman Allah diatas mengajak kita untuk melakukan amal dengan sempurna. Meskipun sedikit namun dilaksanakan dengan rutin, insyaAllah pahala yang didapat pun akan sempurna. Buku ini menyebutkan ada sedikitnya 20 amalan yang meskipun dilakukan satu kali saja dalam waktu yang singkat namun menghasilkan pahala yang berlipat ganda jumlahnya. Kedua puluh amalan tersebut adalah:
Pembuktian yang Allah minta bukanlah dari segi kuantitas amal atau amal yang paling banyak, melainkan dari amal yang paling baik. “Dialah yang menciptakan hidup dan mati untuk menguji siapa diantara kalian yang paling baik amalnya.” ( QS. Al-Mulk: 2 ). Firman Allah diatas mengajak kita untuk melakukan amal dengan sempurna. Meskipun sedikit namun dilaksanakan dengan rutin, insyaAllah pahala yang didapat pun akan sempurna. Buku ini menyebutkan ada sedikitnya 20 amalan yang meskipun dilakukan satu kali saja dalam waktu yang singkat namun menghasilkan pahala yang berlipat ganda jumlahnya. Kedua puluh amalan tersebut adalah:
1. Shalat fardhu berjamaah. “Shalat jamaah lebih unggul dinbandingkan shalat
sendiri sebesar dua puluh derajat.” (HR Bukhari). Dengan shalat berjamaah, kita
telah menunaikan kewajiban silaturahim dan memperkuat tali ukhuwah islamiyyah.
Selain itu, shalat jamaah merupakan pintu gerbang dalam menyamakan visi
keislaman.
2. Shalat sunnah tanpa ada manusia yang melihatnya. “Shalat sunnah seseorang yang dikerjakan tanpa
dilihat manusia setara dengan dua puluh lima kali shalat yang dikerjakan pada
saat dilihat oleh manusia.” (HR. Abu Ya’la). Shalat sunnah yang dikerjakan
sendirian tanpa ada manusia yang melihatnya dapat menghindarkan kita dari sifat
riya’ dan menghidupkan rumah kita dengan
keberkahan karena rumah yang senantiasa dipenuhi oleh aktivitas ibadah akan
menjadi magnet bagi para malaikat. “Sesungguhnya
shalat yang paling utama adalah shalat seseorang di rumahnya, kecuali shalat
wajib” (HR. Bukhari). Shalat sunnah juga merupakan bentuk rasa syukur kita atas
berbagai nikmat yang telah Allah curahkan kepada kita.
3. Qiyamul Lail saat Lailatul Qadr. “Barang siapa yang mengerjakan qiyamul lail saat
lailatul qadr karena iman dan hanya mengharap pahal, maka diampuni segala dosa
yang telah ia perbuat.” (HR. Bukhari). Hadits ini mengingatkan kita akan
pentingnya pembuktian sebelum berharap memperoleh hadiah (pahala-ed), dan
menetapkan Allah sebagai orientasi beribadah kita.
4. Menyempurnakan adab-adab shalat Jum’at. " Barangsiapa mandi pada hari jum'at hingga
dirinya bersih, kemudian berusaha menuju ke masjid seawal mungkin dan
benar-benar sampai di sana pada awal waktu, ia berjalan kaki dan tidak memakai
kendaraan, lalu ia berada pada posisi dekat imam, ia mendengar khutbah dengan
seksama dan tidak melakukan perbuatan sia-sia, maka dengan setiap satu langkah
kakinya, ia mendapatkan pahala yang setara dengan amal puasa dan sholat selama
setahun." ( HR Abu Daud dari Aus bin Aus ats-Tsaqafi). Hadits ini
mengajarkan pola hidup bersih dan disiplin. Juga menunjukkan pintu rezeki
terbuka lebar pada hari yang istimewa, bahwa sebaik-baiknya hari bagi umat
Islam adalah hari Jumat.
5. Menempati shaf paling depan. “Rasulullah senantiasa memohonkan ampunan sebanyak
tiga kali untuk (orang-orang yang ada di) shaf paling depan sedangkan shaf
berikutnya hanya satu kali .” (HR Ibnu Majah). Hadits ini menunjukkan bahwa
nilai pahal selalu berbanding lurus dengan kesungguhan. Untuk mendapatkan
ganjaran terbaik, maka kita perlu berlomba oleh karenanya konsep itsar
(mendahulukan kepentingan saudara kita) tidak berlaku dalam hal beribadah.
6. Rutin tilawah Al-Qur’an. " Siapa membaca satu huruf kitabullah
(Al-Qur'an) maka dengan itu ia mendapat satu kebaikan, sedangkan satu kebaikan
itu berlipat ganda menjadi sepuluh kebaikan yang serupa. Aku tidak mengatakan
alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif satu huruf, lam satu huruf, dan mim
satu huruf." ( HR Turmudzi dari Abdullah bin Mas'ud). Setiap huruf dalam
al-Qur’an yang dibaca pada dasarnya berbalas satu kebaikan, namun satu pahala
kebaikan ini bisa jadi berlipat ganda bahkan menjadi tidak terbilang dalam
bentuk lain, semua itu didukung oleh kualitas bacaan orang yang membacanya. Berdasarkan
Hadits riwayat Muslim, pahala tertinggi bagi yang mahir membaca Qur’an ialah
membersamai malaikat yang mulia sedangkan ‘serendah-rendahnya’ pahala bagi yang
terbata-bata membacanya adalah memperoleh dua kebaikan. Dengan rutin
bertilawah, kita pun telah menggenggam syafaat pada hari kiamat. Persahabatan
kita dengan AL-Qur’an akan membuahkan syafaat kelak di hari kiamat.
7. Melafalkan tasbih ringkas. Dari Ummul mu'minin yaitu Juwairiyah binti al-Harits
radhiallahu 'anha bahwasanya Nabi SAW keluar dari rumahnya pada pagi hari
ketika bersembahyang Subuh. Waktu itu Juwairiyah ada di dalam masjidnya.
Kemudian beliau SAW kembali setelah melakukan shalat Dhuha, sedangkan
Juwairiyah duduk. Kemudian beliau SAW bersabda: "Engkau masih tetap dalam
keadaan di waktu tadi saya tinggalkan," Juwairiyah menjawab,
"Ya." Nabi SAW lalu bersabda: "Saya telah mengucapkan setelah
meninggalkan engkau tadi empat macam kalimat, sebanyak tiga kali, andaikata
kalimat-kalimat itu ditimbang dengan kalimat-kalimat yang engkau ucapkan sejak
hari ini tadi, niscaya kalimat-kalimat yang saya ucapkan itu menang daripada
yang engkau ucapkan. Kalimat-kalimat itu ialah: "Subhanallah wa bihamdihi 'adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata
'arsyihi wa midada kalimatihi - Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan
puji-pujian padaNya. sebanyak hitungan makhlukNya, sesuai dengan keredhaan
ZatNya, seberat timbangan 'arasyNya dan sepanjang beberapa kalimahNya." (HR.
Muslim). Hadits ini menyiratkan urgensi tasbih sebagai pembuka hari-hari kita
sebelum disibukkan oleh urusan dunia dan tasbih sebagai kalimat yang paling
banyak dilafalkan sehingga mendapatkan jalan keluar dari berbagai masalah yang
menerpa.
8. Berpuasa sunnah. “Barang siapa yang berpuasa satu hari di jalan Allah, Allah akan menjauhkan
wajahnya dari neraka sejauh tujuh puluh kali musim gugur.”( HR. Bukhari). Dalam
hadits tersebut digambarkan bahwa orang yang berpuasa satu hari (berlaku untuk
semua puasa sunnah dan tidak dibatasi berpuasa dalam kondisi berjihad saja)
akan dijauhkan dari api neraka sejauh tujuh puluh kali musim gugur sehingga
dirinya tidak dapat melihat situasi di neraka. Selain itu, dalam hadits lainnya
disebutkan bahwa Rasulullah menganjurkan puasa sunnah di hari yang terik untuk
melatih umatnya mempersiapkan diri menghadapi hari kebangkitan.
9. Memberi makanan berbuka kepada orang yang berpuasa. “Barang siapa yang memberi makanan berbuka pada satu
orang yang berpuasa, baginya (pahala) senilai pahala orang yang berpuasa. “(HR.
Tirmidzi). Konsep kesamaan nilai pahala ini menunjukkan bahwa Islam memotivasi
pemeluknya untuk hidup bertenggang rasa dan saling menolong antar sesama.
Hadits diatas juga membahas pentingnya memuliakan dan melayani keperluan ahli
ibadah.
10. Berakhlak baik kepada tetangga. "Ada empat hal yang termasuk kebahagian
seseorang, yaitu istri yang shalihah, tempat tinggal yang luas, tetangga yang
baik, dan kendaraan yang bagus.” (HR Ibnu Hibban). Hadits lainnya menyebutkan “Senantiasa
Jibril berwasiat kepadaku untuk berbuat baik kepada tetangga, sampai-sampai aku
mengira bahwa tetangga akan mendapatkan harta warisan.” (HR. al-Bukhari dan
Muslim) Dengan berlaku baik kepada tetangga, insyaAllah rumah tangga kita akan
dipenuhi oleh kasih sayang dan keberkahan. Usia ‘bertambah’ dari segi kualitas,
yakni nilai kebermanfaatan usia kita melebihi batas usia kita. Sebagaimana kita
tutup usia di usia 60 tahun namun nilai pahala kita setara dengan kita hidup
selama 100 tahun.
11. Menjalin tali silaturahim. “Siapa yang suka rezekinya diluaskan dan umurnya
dipanjangkan maka hendaknya ia menyambung tali silaturahim.” (HR.
Bukhari).Dengan silaturahim bukan hanya aspek duniawi saja yang diuntungkan,
tetapi juga persoalan ukhrawi mampu terselesaikan. Silaturahim dapat membuka
pintu dakwah yang dengan mendakwahkan nilai-nilai Islam kepada sesama umat
manusia, kita dapat ‘berinvestasi ‘ pahala yang terus mengalir seiring dengan
diamalkannya nilai-nilai islam tersebut oleh orang di sekitar kita.
12. Bersedekah
jariyah."Apabila manusia
meninggal dunia, terputuslah segala amalannya, kecuali dari tiga perkara:
shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak shaleh yang
mendoakannya". (HR. Muslim). Dalam
hadits ini disebutkan apabila kematian telah menjemput maka terputuslah peluang
kita untuk mengakses pahala kecuali dari tiga jalan saja: sedekah jariyah, ilmu
yang bermanfaat dan putra-putri yang shalih dan shalihah.
13.
Memohon ampun untuk orang yang beriman. “Barang siapa yang memohon ampunan untuk kaum mukmin
dan mukminat, Allah akan mencatatkannya baginya pahala satu kebaikan, untuk
setiap satu mukmin/mukminat yang didoakan. “ (HR. Thabrani). Dengan mendoakan
saudara saudari kita, maka banyak sekali keuntungan yang dapat kita peroleh.
Disamping sebagai bentuk upaya kita untuk ikut meringankan kesulitan orang yang
bersangkutan dan jalinan ukhuwah yang kian erat, kita pun secara tidak langsung
telah menyelamatkan diri kita sehingga terhindar dari keburukan. Perilaku yang
mungkin di mata kita terlihat simple, namun ternyata jauh lebih berharga di
mata Allah…
14. Belajar dan mengajar ilmu di masjid. “Barang siapa berangkat ke masjid dengan tujuan
untuk mempelajari kebaikan dan mengajarkannya maka baginya balasan pahala orang
yang berhaji dan sempurna hajinya. ” (HR. Thabrani). Ilmu adalah tiang
peradaban. Peradaban yang kuat lahir dari ilmu-ilmu syar’I yang menjadi
landasannya. Dan sebaik-baiknya ilmu yang kita pelajari adalah ilmu syar’I .
Hadits diatas mengungkapkan urgensi menuntut ilmu bagi orang yang beriman.
Panggilan untuk menuntut ilmu disejajarkan dengan panggiilan menuju Baitullah.
Subhanallah..
15. Berdakwah di jalan Allah. “Barang siapa yang menyeru kepada petunjuk, ia
mendapatkan pahala setara dengan semua pahala orang-orang yang mengikutinya
tanpa mengurangi pahala mereka sedikitpun” (HR. Muslim). Aliran pahala yang
diperoleh seorang dai akan terus mengalir, berlipat ganda tanpa mengurangi
pahala mad’unya. Disinilah konsep ‘membina’ menjadi suatu peluang yang perlu
kita perhatikan sebagai suatu ‘kebutuhan’. Ayo, semangat membina J
16. Mendidik anak agar menjadi insan yang shalih. ."Apabila manusia meninggal dunia, terputuslah
segala amalannya, kecuali dari tiga perkara: shadaqah jariyah, ilmu yang
bermanfaat atau anak shaleh yang mendoakannya". (HR. Muslim). Hadits ini mendorong setiap orangtua untuk
mempersiapkan dirinya ‘mencetak’ generasi yang shalih-shalihah. Anak yang
shalih merupakan investasi terbaik bagi orangtua. Dengan mendidik anak-anak
kita, kita telah memperoleh dua kebaikan sekaligus, yaitu pahala di saat mendidik
dan pahala yang mengalir melalui doa anak untuk kedua orangtuanya.
17.
Berjuang di jalan Allah. “Tempat berdiri seseorang dalam barisan di jalan Allah lebih utama dibandingkan
ibadah seseorang selama enam puluh tahun.”(HR. Dharimi dari Imran bin Husain).
Jihad adalah metode terakhir ketika semua metode lisan dan teladan sudah tidak
memberikan pengaruh apa-apa terhadap kondisi umat yang tengah terpuruk. Dalam
hadits riwayat Muslim disebutkan orang yang pertama kali diadili di hari
kiamata dalah orang-orang yang berjihad karena dengannya mereka telah banyak
mengorbankan nikmat-nikmat duniawi yang semestinya mereka cicipi. Satu pijakan
kaki orang yang berjihad dihargai pahalanya setara dengan usia hidup manusia
yang notabene hanya mencapai enam puluh tahun, Subhanallah..
18.
Menjaga diri dari maksiat. Digambarkan dalam HR. Ibnu Majah bahwasanya pada hari
kiamat kelak akan datang beberapa kaum dari umat Nabi Muhammad SAW dengan
membawa banyak amal kebaikan setara dengan gunung Tihamah, namun amalan-amalan
tersebut seketika berhamburan laksana debu yang berterbangan. Rasulullah
menjelaskan mereka adalah orang yang beribadah pada malam hari sebagaimana umat
mukmin lainnya beribadah akan tetapi jika dalam keadaan sendirian, mereka
senang berbuat maksiat. Hadits ini mengingatkan kepada kita akan adanya
muraqabatullah (pengawasan Allah), bahwa malu kepada Allah haruslah lebih besar
dibandingkan malu kepada manusia. Jika berbuat dosa dihadapan manusia saja
membuat malu, apalagi berbuat dosa dihadapan Allah SWT..
19.
Menghindari tindakan zhalim. “Sesungguhnya orang yang bangkrut pada hari kiamat
adalah yang datang dengan pahala shalat, puasa, zakat tetapi juga membawa dosa
karena mengumpat, berbuat dusta, dan memukul seseorang. Sebagian pahalanya
diserahkan kepada orang pertama yang dizhaliminya demikian juga semua orang
yang pernah dizhalimi. Jika pahala kebaikannya sudah habis sebelum tuntas pertanggungjawabannya,
ditanggunglah dosa-dosa orang yang dizhaliminya. Lantas ia pun dilempar kedalam
api neraka.” (HR. Muslim). Hadits diatas menyiratkan pesan bahwa kita perlu
senantiasa bersikap wara’ terhadap setiap tindak tanduk kita. Muslim yang
kaffah tidak hanya yang pandai beribadah sebab ibadah tidak menjamin kita
memperoleh syurgaNya. Hindarilah berbuat zhalim karena ia hanya akan
mendatangkan kebangkrutan di hari akhir kelak. Naudzubillah..Semoga kita tidak
menjadi orang yang bangkrut di akhirat kelak, Aaamiin L
20.
Menjadi teladan yang baik. “Barang siapa yang mengkreasikan keteladanan yang
baik dalam Islam, baginya pahala amalan itu sekaligus pahala orang yang
mengerjakannya setelah dia meninggal tanpa mengurangi sedikitpun pahala mereka.”
(HR Muslim). Hadits ini mengajak kita untuk dapat menjadi ‘trend setter’ dalam suatu kebiasaan baik sehingga dengannya kita
mampu menjadi teladan bagi orang-orang disekitar kita. Hadits ini juga
menjelaskan adanya konsep ‘pahala berantai’ bagi orang yang menciptakan terobosan-terobosan
yang memberikan dampak positif untuk umat, dan bagi orang-orang yang menjadi ‘follower’nya.
Wallahu A’lamu. Semoga bermanfaat. :)
0 komentar:
Posting Komentar