Jumat, 20 Februari 2015

Review Buku: Membangun Positive Thinking Secara Islam

Bismillahirrahmanirrahim.

Tidak sengaja ketika sedang berbenah rumah, menemukan buku ini. Buku yang ukurannya tidak terlalu besar dan juga tidak terlalu kecil. Tidak terlalu tebal namun tidak tipis juga. Sebuah buku terbitan lama tahun 2004, yang ketika kutengok isinya, ternyata milik almarhumah kakak ipar ( Semoga Allah merahmatinya, Aamiin ).

Isi buku ini sangat menarik karena membeberkan berbagai langkah yang perlu dilakukan untuk membangun pikiran yang bersih dan positif yang sesuai dengan kaidah Islam. Bedanya dengan buku-buku sejenis yang kebanyakan berasal dari Barat adalah titik tolak yang digunakan dalam buku ini adalah titik tolak keimanan, dimana orientasi dan sumbernya hanya mengarah pada satu tujuan, yakni ridha Allah SWT. Langkah-langkah yang diambil pun merupakan solusi yang Allah ciptakan sebagai tuntunan dalam mempertebal keimana kita kepada-Nya. Yang dapat kita temukan dalam berbagai firmanNya dalam Al-Quran serta melalui sabda RasulNya. Melalui buku ini, kita diajak untuk bersyukur dan menyadari bahwa cukuplah Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW yang menjadi pijakan dasar kita dalam mengatasi rasa cemas dalam hidup.

1.       Luruskan pikiran Anda. Hukum prubahan pada dasaranya sudah Allah tentukan dalam QS Ar-Ra’du:11. Bahwasanya kondisi kita tidak akan berubah dari satu kondisi ke kondisi lainnya, kecuali dengan peran aktif kita sendiri untuk merubahnya. Kita akan terbebas dari belenggu galaunya kehidupan pada saat kita sudah meluruskan gaya berpikir kita. Tidak akan bahagia orang yang hanya menyimpan memori-memori kesedihan dalam pikirannya. Tidak akan sehat orang yang putus asa dalam mengatasi rasa sakit tubuhnya. Kesehatan tubuh diawali dengan keshatan jiwa. Ada penyakit yang mucul disebabkan oleh karena jiwa yang tidak sehat. Sebaliknya, jiwa yang sehat mampu mngatasi beberapa kasus penyakit yang kemudian berujung pada kesembuhan. Ada orang yang pandai membuat cobaan menjadi karunia. Kesimpulannya kedudukan seseorang bukanlah aspek yang menentukan kebahagiaan atau kesengsaraan. Hal yang paling menentukan itu semua adalah dirinya, pikiran, dan akalnya.

2.       Tinggalkan perfeksionisme.  Orang yang perfeksionis cenderung tidak toleran terhadap kekurangan, dan khawatir bila terjadi suatu kerusakan. Mereka berharap semua berjalan sesuai dengan rencana dan harapannya. Hal ini perlu diwaspadai karena menjadi sinyal adanya kekalahan jiwa. Kekalahan jiwa menjadikan hidup dipenuhi dngan kecemasan, kesedihan dan kebosanan. Padahal hidup ini selalu diwarnai oleh dua sifat yang bersebrangan. Ada suka, ada duka. Ada jujur da nada dusta. Ada cinta dan ada benci. Di hari pembalasan pun sangat memungkinkan kita akan menemui negarawan yang ternyata tidak tulus dalam membela negaranya, atau sebaliknya orang yang dikucilkan karena dikenai berbagai tuduhan di dunia, ternyata tidak sama skali terlibat dalam tuduhan tersebut. Akhirat dapat mengubah timbangan dunia. Menurunkan atau menaikkan derajat seseorang. Tidak seharusnya kita bersedih karena menghadapi kegagalan. Tidak seharusnya kita bersedih karena merasa ditipu ( ssungguhnya orang yang menipu kita sudah menipu dirinya sendiri bukan J ). Tidak seharusnya kita bersedih karena sudah banyak berkorban untuk merawat rumah tangga dan mendidik anak. Hal yang terpenting bagi kita adalah mudah berlapang dada. Bukankan timbangan akhirat blum tentu sama dengan timbangan dunia J. Perbuatan kita adalah tabungan akhirat bagi kita. Segalanya akan dinilai dan berbuah baik selama dikerjakan hanya untuk mendapatkan ridha Allah SWT.

3.       Hilangkan rasa cemburu. Rasa cemburu menunjukkans seseorang ingin mendapatkan perlakuan dengan cara tertentu. Ingin dicintai dengan cara tertentu. Padahal bahayanya, cemburu dapat memberikan dampak negative bagi kehidupan seseorang. Seseorang akan berubah menjadi pesimis dan penuh dengan pikiran negative, “mengapa aku tidak dicintai padahal aku sangat mencintainya”, “mengapa aku yang berusaha keras tetapi ia yang mendapatkannya”, dsb dsb…orang seperti ini menilai dirinya dari sisi pandang orang lain. Padahal sebaliknya, kita berhak menilai diri kita berdasarkan kepribadian dan perilaku kita, bukan dari apa yang kita terima dari orang lain sebagai buah dari pribadi dan perilaku kita. Bersedihlah di saat kita berada dalam kedudukan yang lebih rendah, dimana kita semakin jauh dari ketaatan kepadaNya. Bukan berarti smua rasa cemburu adalah negative. Cemburu menjadi positf manakala seorang manusia merasa cemburu akan pelanggaran terhadap norma-norma agamanya. Misalnya pada saat suami cmburu melihat istrinya berdandan secara berlebihan di suatu keramaian. Cemburu ini hukumnya menjadi wajib. Ingatlah bahwasanya Allah pun Maha Pencemburu. Ia akan cemburu bila melihat seorang mukmin melakukan hal-hal yang diharamkan olehNya (Hadits Muttafaq Alaih).

Rabu, 04 Februari 2015

Agar Tidak Mati Gaya Melakukan Tugas Rumah Tangga

Bismillah..

Semenjak jadi ibu terus terang saya merasakan banyak perubahan yang cukup drastis terjadi dalam hidup saya…yup, mau membuat pengakuan nih hehehe duluuuu sekaliii…saat baru nikah, saya ini termasuk orang yang cukup santai selow dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu alias kurang cekatan sehingga  saya masih perlu beradaptasi dengan tugas-tugas baru saya sebagai seorang ibu rumah tangga.  Sementara suami saya yang kinestetiknya dominan bukanlah orang yang suka menunggu hehe.. pekerjaan ‘menunggu’ bagi beliau mungkin ngga ada bedanya dengan merasakan seperti sedang mendapat ‘hukuman’. Jadilah saya perlahan menyesuaikan ritme hidup saya dengan kondisi keluarga, bermetamorfosa menjadi seorang yang (cukuplah sedikit) lebih baik dan lebih cepat dalam mengerjakan banyak pekerjaan.

Nahh semenjak lahiran Fatih tantangan saya untuk lebih disiplin dan menghargai waktu pun semakin bertambah. Aktivitas saya dari pagi hari jam 8 sampai dengan jam 12 siang adalah mengajar anak-anak di sebuah taman pendidikan. Selanjutnya banyak waktu yang saya habiskan bersama sang buah hati. Tantangan semakin seru mengingat Fatih agak sulit ditinggal dan mau nya lebih banyak diajak interaksi oleh orang disekitarnya ketimbang bereksplorasi dengan mainan-mainannya. Jadwal hariannya pun saat ini sudah kelihatan polanya dan ngga jauh beda dengan kita-kita yang lebih dewasa. Bangun jam 5 pagi, tidur siang jam 12 siang, tidur malam jam 8 atau 9 malam. Yang pasti selama momong fatih, saya tidak bisa berharap banyak untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga lainnya. Awalnya terasa berat, banyak pekerjaan jadi terbaikan dan saya jadikan ‘momong fatih’ sebagai sarana bela diri saya (hyaaattt!!!) hikssss…menyadari tidak mungkin saya tertawan oleh kondisi yang seperti itu terus pada akhirnya saya pun mulai rajin cari-cari strategi agar semua tugas rumah tangga bisa saya kerjakan  tanpa mengabaikan kewajiban saya yang utama dalam mendidik anak.

Berikut beberapa strategi yang kerap saya terapkan untuk mengatasi tantangan dalam manajemen waktu ini..

1.       Bangun lebih pagi atau tidur lebih malam. Di saat si kecil mungkin masih terlelap, kita bisa bangun lebih awal dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga sekaligus.  Bangun 2 sampai 1,5 jam lebih awal. Prinsipnya semua bisa disambi-sambi. Sembari menyapu, sembari masak air. Sembari mengepel, sembari merendam cucian. Sembari memotong-motong bahan masakan, sembari murajaah sembari mendengarkan murattal qur’an. Waktu sebelum shubuh juga merupakan waktu me time favorit saya sekaligus waktu nge-date dengan Yang Maha Mencinta J. Nah, kalau ngga bisa bangun lebih pagi, saya biasanya tidur lebih malam…jadi kalau sekiranya besoknya ngga kuat buat bangun lebih pagi, setidaknya beberapa pekerjaan bisa saya pastikan kelar sebelum saya tidur di malam harinya.

2.       List daftar pekerjaan yang akan dikerjakan hari ini. Saya biasanya buat daftar pekerjaan yang ingin dikerjakan selama satu hari dan diupdate setiap harinya. Tetapiii berhubung saya masih suka lupa menulis minimal kalau tidak ditulis, saya rekam saja dalam ingatan ataau setiap  kali ada ide atau ada yang ingin dikerjakan, langsung dicatat saja di aplikasi notes yang ada di HP..

3.       Jangan terlalu banyak ‘dipikirkan’ tetapi banyaklah ‘dikerjakan’. Kalau hati sudah ngga tenang lihat setrikaan yang menumpuk, baju-baju kotor di keranjang, tidak perlu menunggu malam atau esok hari untuk dikerjakan. Cobalah untuk mengerjakannya meskipun hanya sedikit-sedikit.  Da’ma  Yuriibuka Ilaa Maa Laa Yuriibukaa…tinggalkan yang meragukan kerjakan apa yang tidak meragukanmu. Yang membuat hati menjadi lebih tenang :)

4.       Melibatkan si kecil pada saat melakukan pekerjaan rumah. Sebenarnya bukan berarti pada saat kita menemani si kecil bermain maka kita pun tidak bisa melakukan pekerjaan lainnya. Cobalah untuk melibatkan si kecil dalam aktivitas kita. Misalnya, pada saat memasak, pertama, pastikan si kecil jauh dari jangkauan api atau kompor. Dudukkan di stroller atau berikan mainan agar ia tidak bosan menunggu kita. Kemudian pada saat memasak, ajaklah ia berkomunikasi dan ‘bermain’ dengan alat-alat masak yang ada. Misalnya, “Fatih, sekarang Bunda mau masak dulu ya. InsyaAllah Bunda akan masak blablabla.. bumbunya blablabla…insyaAllah halal lagi thayyib. Kalau yang kita makan baik-baik insyaAllah pribadi kita pun menjadi lebih baik, Nak..” atau “ini namanya wortel, bunda potong kecil-kecil, terus dicemplung deh ke air mendidih…” Saya juga terkadang iseng memukul-mukul alat-alat dapur sehingga keluar bunyi yang nyaring dan berpola. Berikan juga alat-alat dapur dengan bahan yang aman untuk bisa dimainkan olehnya. Biasanya Fatih jadi terhibur dan atraktif untuk mendengarnya. Atau ketika saya harus mengajar adek adek Pra SD, fatih tetap saya libatkan dalam aktivitas kelas. Di saat adik-adik sedang menulis atau mengerjakan soal saya pun ikut mengajak ngobrol Fatih dan mengenalkannya pada benda-benda di sekitarnya. Intinya, tetaplah mengajak anak berkomunikasi di saat kita melakukan aktivitas lainnya.

5.       Memastikan segala sesuatu punya tempatnya. Cobalah untuk membuat kesepakatan dengan suami, agar selalu meletakkan barang kembali kepada tempatnya. Sediakan wadah-wadah untuk menyimpan barang sehingga kalau ada yang berceceran kita sudah tahu dimana kita harus menyimpannya. Berguna juga untuk menghindari adanya barang-barang yang berbahaya dari jangkauan bayi. Khusus buat mainan-mainan Fatih, terkadang saya letakkan saja di area bermainnya sampai Fatih sudah benar-benar bosan memainkannya.



Sekian beberapa strategi yang saya terapkan untuk menghindari mati gaya di saat harus melakukan tugas-tugas rumah tangga yang mungkin juga diterapkan oleh banyak ibu lainnya J Mari berbagi, saya yakin ibu-ibu yang lebih senior pastinya sudah jauh lebih master dan bervariasi dalam menyusun strategi lainnya J