Bismillah..
Semenjak jadi ibu terus terang saya merasakan banyak
perubahan yang cukup drastis terjadi dalam hidup saya…yup, mau membuat
pengakuan nih hehehe duluuuu sekaliii…saat baru nikah, saya ini termasuk orang
yang cukup santai selow dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu alias
kurang cekatan sehingga saya masih perlu
beradaptasi dengan tugas-tugas baru saya sebagai seorang ibu rumah tangga. Sementara suami saya yang kinestetiknya
dominan bukanlah orang yang suka menunggu hehe.. pekerjaan ‘menunggu’ bagi
beliau mungkin ngga ada bedanya dengan merasakan seperti sedang mendapat
‘hukuman’. Jadilah saya perlahan menyesuaikan ritme hidup saya dengan kondisi
keluarga, bermetamorfosa menjadi seorang yang (cukuplah sedikit) lebih baik dan
lebih cepat dalam mengerjakan banyak pekerjaan.
Nahh semenjak lahiran Fatih tantangan saya untuk lebih
disiplin dan menghargai waktu pun semakin bertambah. Aktivitas saya dari pagi
hari jam 8 sampai dengan jam 12 siang adalah mengajar anak-anak di sebuah taman
pendidikan. Selanjutnya banyak waktu yang saya habiskan bersama sang buah hati.
Tantangan semakin seru mengingat Fatih agak sulit ditinggal dan mau nya lebih
banyak diajak interaksi oleh orang disekitarnya ketimbang bereksplorasi dengan
mainan-mainannya. Jadwal hariannya pun saat ini sudah kelihatan polanya dan
ngga jauh beda dengan kita-kita yang lebih dewasa. Bangun jam 5 pagi, tidur
siang jam 12 siang, tidur malam jam 8 atau 9 malam. Yang pasti selama momong
fatih, saya tidak bisa berharap banyak untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas
rumah tangga lainnya. Awalnya terasa berat, banyak pekerjaan jadi terbaikan dan
saya jadikan ‘momong fatih’ sebagai sarana bela diri saya (hyaaattt!!!) hikssss…menyadari tidak
mungkin saya tertawan oleh kondisi yang seperti itu terus pada akhirnya saya pun
mulai rajin cari-cari strategi agar semua tugas rumah tangga bisa saya
kerjakan tanpa mengabaikan kewajiban
saya yang utama dalam mendidik anak.
Berikut beberapa strategi yang kerap saya terapkan untuk mengatasi
tantangan dalam manajemen waktu ini..
1.
Bangun lebih pagi atau tidur lebih malam. Di
saat si kecil mungkin masih terlelap, kita bisa bangun lebih awal dan
mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga sekaligus. Bangun 2 sampai 1,5 jam lebih awal.
Prinsipnya semua bisa disambi-sambi. Sembari menyapu, sembari masak air.
Sembari mengepel, sembari merendam cucian. Sembari memotong-motong bahan
masakan, sembari murajaah sembari mendengarkan murattal qur’an. Waktu sebelum
shubuh juga merupakan waktu me time favorit
saya sekaligus waktu nge-date dengan Yang Maha Mencinta J. Nah, kalau ngga bisa bangun
lebih pagi, saya biasanya tidur lebih malam…jadi kalau sekiranya besoknya ngga
kuat buat bangun lebih pagi, setidaknya beberapa pekerjaan bisa saya pastikan
kelar sebelum saya tidur di malam harinya.
2.
List daftar pekerjaan yang akan dikerjakan hari
ini. Saya biasanya buat daftar pekerjaan yang ingin dikerjakan selama satu hari
dan diupdate setiap harinya. Tetapiii berhubung saya masih suka lupa menulis minimal
kalau tidak ditulis, saya rekam saja dalam ingatan ataau setiap kali ada ide atau ada yang ingin dikerjakan, langsung
dicatat saja di aplikasi notes yang ada di HP..
3.
Jangan terlalu banyak ‘dipikirkan’ tetapi
banyaklah ‘dikerjakan’. Kalau hati sudah ngga tenang lihat setrikaan yang
menumpuk, baju-baju kotor di keranjang, tidak perlu menunggu malam atau esok
hari untuk dikerjakan. Cobalah untuk mengerjakannya meskipun hanya
sedikit-sedikit. Da’ma Yuriibuka Ilaa Maa Laa Yuriibukaa…tinggalkan
yang meragukan kerjakan apa yang tidak meragukanmu. Yang membuat hati menjadi
lebih tenang :)
4.
Melibatkan si kecil pada saat melakukan
pekerjaan rumah. Sebenarnya bukan berarti pada saat kita menemani si kecil
bermain maka kita pun tidak bisa melakukan pekerjaan lainnya. Cobalah untuk
melibatkan si kecil dalam aktivitas kita. Misalnya, pada saat memasak, pertama,
pastikan si kecil jauh dari jangkauan api atau kompor. Dudukkan di stroller
atau berikan mainan agar ia tidak bosan menunggu kita. Kemudian pada saat
memasak, ajaklah ia berkomunikasi dan ‘bermain’ dengan alat-alat masak yang
ada. Misalnya, “Fatih, sekarang Bunda mau masak dulu ya. InsyaAllah Bunda akan
masak blablabla.. bumbunya blablabla…insyaAllah halal lagi thayyib. Kalau yang
kita makan baik-baik insyaAllah pribadi kita pun menjadi lebih baik, Nak..”
atau “ini namanya wortel, bunda potong kecil-kecil, terus dicemplung deh ke air
mendidih…” Saya juga terkadang iseng memukul-mukul alat-alat dapur sehingga
keluar bunyi yang nyaring dan berpola. Berikan juga alat-alat dapur dengan
bahan yang aman untuk bisa dimainkan olehnya. Biasanya Fatih jadi terhibur dan
atraktif untuk mendengarnya. Atau ketika saya harus mengajar adek adek Pra SD,
fatih tetap saya libatkan dalam aktivitas kelas. Di saat adik-adik sedang
menulis atau mengerjakan soal saya pun ikut mengajak ngobrol Fatih dan
mengenalkannya pada benda-benda di sekitarnya. Intinya, tetaplah mengajak anak
berkomunikasi di saat kita melakukan aktivitas lainnya.
5.
Memastikan segala sesuatu punya tempatnya. Cobalah
untuk membuat kesepakatan dengan suami, agar selalu meletakkan barang kembali
kepada tempatnya. Sediakan wadah-wadah untuk menyimpan barang sehingga kalau
ada yang berceceran kita sudah tahu dimana kita harus menyimpannya. Berguna
juga untuk menghindari adanya barang-barang yang berbahaya dari jangkauan bayi.
Khusus buat mainan-mainan Fatih, terkadang saya letakkan saja di area
bermainnya sampai Fatih sudah benar-benar bosan memainkannya.
Sekian beberapa strategi yang saya terapkan untuk
menghindari mati gaya di saat harus melakukan tugas-tugas rumah tangga yang
mungkin juga diterapkan oleh banyak ibu lainnya J
Mari berbagi, saya yakin ibu-ibu yang lebih senior pastinya sudah jauh lebih master dan bervariasi dalam menyusun strategi lainnya J
0 komentar:
Posting Komentar