Rabu, 04 Februari 2015

Agar Tidak Mati Gaya Melakukan Tugas Rumah Tangga

Bismillah..

Semenjak jadi ibu terus terang saya merasakan banyak perubahan yang cukup drastis terjadi dalam hidup saya…yup, mau membuat pengakuan nih hehehe duluuuu sekaliii…saat baru nikah, saya ini termasuk orang yang cukup santai selow dalam mengerjakan pekerjaan-pekerjaan tertentu alias kurang cekatan sehingga  saya masih perlu beradaptasi dengan tugas-tugas baru saya sebagai seorang ibu rumah tangga.  Sementara suami saya yang kinestetiknya dominan bukanlah orang yang suka menunggu hehe.. pekerjaan ‘menunggu’ bagi beliau mungkin ngga ada bedanya dengan merasakan seperti sedang mendapat ‘hukuman’. Jadilah saya perlahan menyesuaikan ritme hidup saya dengan kondisi keluarga, bermetamorfosa menjadi seorang yang (cukuplah sedikit) lebih baik dan lebih cepat dalam mengerjakan banyak pekerjaan.

Nahh semenjak lahiran Fatih tantangan saya untuk lebih disiplin dan menghargai waktu pun semakin bertambah. Aktivitas saya dari pagi hari jam 8 sampai dengan jam 12 siang adalah mengajar anak-anak di sebuah taman pendidikan. Selanjutnya banyak waktu yang saya habiskan bersama sang buah hati. Tantangan semakin seru mengingat Fatih agak sulit ditinggal dan mau nya lebih banyak diajak interaksi oleh orang disekitarnya ketimbang bereksplorasi dengan mainan-mainannya. Jadwal hariannya pun saat ini sudah kelihatan polanya dan ngga jauh beda dengan kita-kita yang lebih dewasa. Bangun jam 5 pagi, tidur siang jam 12 siang, tidur malam jam 8 atau 9 malam. Yang pasti selama momong fatih, saya tidak bisa berharap banyak untuk dapat menyelesaikan tugas-tugas rumah tangga lainnya. Awalnya terasa berat, banyak pekerjaan jadi terbaikan dan saya jadikan ‘momong fatih’ sebagai sarana bela diri saya (hyaaattt!!!) hikssss…menyadari tidak mungkin saya tertawan oleh kondisi yang seperti itu terus pada akhirnya saya pun mulai rajin cari-cari strategi agar semua tugas rumah tangga bisa saya kerjakan  tanpa mengabaikan kewajiban saya yang utama dalam mendidik anak.

Berikut beberapa strategi yang kerap saya terapkan untuk mengatasi tantangan dalam manajemen waktu ini..

1.       Bangun lebih pagi atau tidur lebih malam. Di saat si kecil mungkin masih terlelap, kita bisa bangun lebih awal dan mengerjakan beberapa pekerjaan rumah tangga sekaligus.  Bangun 2 sampai 1,5 jam lebih awal. Prinsipnya semua bisa disambi-sambi. Sembari menyapu, sembari masak air. Sembari mengepel, sembari merendam cucian. Sembari memotong-motong bahan masakan, sembari murajaah sembari mendengarkan murattal qur’an. Waktu sebelum shubuh juga merupakan waktu me time favorit saya sekaligus waktu nge-date dengan Yang Maha Mencinta J. Nah, kalau ngga bisa bangun lebih pagi, saya biasanya tidur lebih malam…jadi kalau sekiranya besoknya ngga kuat buat bangun lebih pagi, setidaknya beberapa pekerjaan bisa saya pastikan kelar sebelum saya tidur di malam harinya.

2.       List daftar pekerjaan yang akan dikerjakan hari ini. Saya biasanya buat daftar pekerjaan yang ingin dikerjakan selama satu hari dan diupdate setiap harinya. Tetapiii berhubung saya masih suka lupa menulis minimal kalau tidak ditulis, saya rekam saja dalam ingatan ataau setiap  kali ada ide atau ada yang ingin dikerjakan, langsung dicatat saja di aplikasi notes yang ada di HP..

3.       Jangan terlalu banyak ‘dipikirkan’ tetapi banyaklah ‘dikerjakan’. Kalau hati sudah ngga tenang lihat setrikaan yang menumpuk, baju-baju kotor di keranjang, tidak perlu menunggu malam atau esok hari untuk dikerjakan. Cobalah untuk mengerjakannya meskipun hanya sedikit-sedikit.  Da’ma  Yuriibuka Ilaa Maa Laa Yuriibukaa…tinggalkan yang meragukan kerjakan apa yang tidak meragukanmu. Yang membuat hati menjadi lebih tenang :)

4.       Melibatkan si kecil pada saat melakukan pekerjaan rumah. Sebenarnya bukan berarti pada saat kita menemani si kecil bermain maka kita pun tidak bisa melakukan pekerjaan lainnya. Cobalah untuk melibatkan si kecil dalam aktivitas kita. Misalnya, pada saat memasak, pertama, pastikan si kecil jauh dari jangkauan api atau kompor. Dudukkan di stroller atau berikan mainan agar ia tidak bosan menunggu kita. Kemudian pada saat memasak, ajaklah ia berkomunikasi dan ‘bermain’ dengan alat-alat masak yang ada. Misalnya, “Fatih, sekarang Bunda mau masak dulu ya. InsyaAllah Bunda akan masak blablabla.. bumbunya blablabla…insyaAllah halal lagi thayyib. Kalau yang kita makan baik-baik insyaAllah pribadi kita pun menjadi lebih baik, Nak..” atau “ini namanya wortel, bunda potong kecil-kecil, terus dicemplung deh ke air mendidih…” Saya juga terkadang iseng memukul-mukul alat-alat dapur sehingga keluar bunyi yang nyaring dan berpola. Berikan juga alat-alat dapur dengan bahan yang aman untuk bisa dimainkan olehnya. Biasanya Fatih jadi terhibur dan atraktif untuk mendengarnya. Atau ketika saya harus mengajar adek adek Pra SD, fatih tetap saya libatkan dalam aktivitas kelas. Di saat adik-adik sedang menulis atau mengerjakan soal saya pun ikut mengajak ngobrol Fatih dan mengenalkannya pada benda-benda di sekitarnya. Intinya, tetaplah mengajak anak berkomunikasi di saat kita melakukan aktivitas lainnya.

5.       Memastikan segala sesuatu punya tempatnya. Cobalah untuk membuat kesepakatan dengan suami, agar selalu meletakkan barang kembali kepada tempatnya. Sediakan wadah-wadah untuk menyimpan barang sehingga kalau ada yang berceceran kita sudah tahu dimana kita harus menyimpannya. Berguna juga untuk menghindari adanya barang-barang yang berbahaya dari jangkauan bayi. Khusus buat mainan-mainan Fatih, terkadang saya letakkan saja di area bermainnya sampai Fatih sudah benar-benar bosan memainkannya.



Sekian beberapa strategi yang saya terapkan untuk menghindari mati gaya di saat harus melakukan tugas-tugas rumah tangga yang mungkin juga diterapkan oleh banyak ibu lainnya J Mari berbagi, saya yakin ibu-ibu yang lebih senior pastinya sudah jauh lebih master dan bervariasi dalam menyusun strategi lainnya J

0 komentar: